Kamis, 29 Juli 2010

Empat Tahun Dibentuk, BUMD Itu Tak Beroperasi

[ JAWA POS - Kamis, 29 Juli 2010 ]
Proyek Gagal PT Gresik Migas
Empat Tahun Dibentuk, BUMD Itu Tak Beroperasi

GRESIK - Target pembentukan badan usaha milik daerah (BUMD) PT Gresik Migas gagal. Sampai empat tahun sejak didirikan, perusahaan milik Pemkab Gresik tersebut seperti ''kerekap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau''.

Sampai hari ini, perusahaan itu tidak juga bisa beroperasi. Pendanaannya pun tidak jelas. Berkembang wacana untuk mengevaluasi ulang keberadaan BUMD tersebut.

Plt Sekkab M. Najikh mengakui bahwa sampai saat ini operasional PT GM belum bisa berjalan sesuai dengan target. Menurut dia, banyak kendala yang ditemui di lapangan setelah pembentukan badan usaha itu. "Setelah dibentuk, ternyata tidak gampang mengoperasikan perusahaan," katanya.

Najikh memaparkan, banyak persyaratan untuk mengoperasikan sebuah perusahaan yang selama ini tidak dipahami pemkab. Karena ketidakpahaman tersebut, sampai tahun ketiga -2009 lalu- perusahaan itu nyaris tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. ''Berbagai rencana yang sudah disusun tidak bisa terealisasi,'' tambahnya.

Salah satunya, menurut Najikh, adalah upaya mendapat jatah hak penjualan migas di wilayah Gresik. Ternyata, rencana tersebut meleset dari target. "Banyak prosedur yang harus kami lalui. Kami kesulitan menembus karena ketatnya persaingan di industri migas,'' kilahnya.

Meski menghadapi berbagai kendala, Najikh tetap optimistis PT Gresik Migas bisa berjalan. Pemkab menargetkan perusahaan itu sudah bisa beroperasi pada 2011.

Untuk mewujudkan target tersebut, BUMD itu sudah menjalin kerja sama dengan beberapa operator migas. Salah satunya Kodeco Energi. Kontrak tersebut bakal direalisasikan pada 2011.

Sejak dibentuk pada 2006, perusahaan itu sama sekali tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD). Pada 2008, PT GM bahkan rugi Rp 1,12 miliar.

Padahal, pada tahun itu pemkab menargetkan perusahaan tersebut bisa menyumbang APBD hingga Rp 10 miliar. Kegagalan itu pula yang membuat pemkab realistis dengan mengurangi target tersebut hinggal tinggal sepuluh persennya saja, Rp 10 miliar. Itu pun tidak tercapai.

Bukan hanya itu, selama 2008, PT GM hanya menghasilkan pemasukan Rp 18,25 juta. Itu pun tidak berasal dari hasil usaha hilir minyak dan gas, melainkan dari usaha jasa pengangkutan dan distribusi pupuk.

Di sisi lain, pengeluaran perusahaan pada tahun itu mencapai Rp 1,1 miliar. Pengeluaran tersebut digunakan untuk membayar petinggi perusahaan (komisaris hingga manajer).

Kondisi lebih parah terjadi pada 2009 dan awal 2010. PT GM tidak lagi mendapat jatah anggaran dari APBD 2009 maupun 2010. Alhasil, kepastian operasionalnya pun makin tak jelas.

Bahkan, PT GM dikabarkan terancam kolaps. Sebab, anggaran di perusahaan itu tidak sebanding dengan pengeluarannya.

Najikh membantah berita tersebut. Menurut dia, PT GM tetap memiliki pemasukan. Hanya, dia enggan memaparkannya. "Yang jelas, sudah ada pendanaannya. Minimal, tetap bisa eksis hingga 2011," katanya. (ris/c3/ruk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar